Perkembangan usaha budidaya tanaman
hortikultura di nilai prospektif dan menjanjikan keuntungan yang memadai bagi
petani, karenanya kini semakin banyak petani yang mulai minat beragribisnis
dengan tanaman hortikultura.
Budidaya tanaman hortikultura selain
bertujuan untuk pergiliran tanaman dilahan persawahan, juga untuk
mengurangi hama penyakit tanaman. Budidaya dengan sistem
ini memberikan keuntungan/ pendapatan yang
lebih dibandingkan dengan tanaman padi di lahan persawahan, meskipun
konsekuensi resiko kegagalan juga lebih
tinggi.
Budidaya
hortikultura yang dilakukan kebanyakan petani masih banyak ditemukan monoculture (1 jenis tanaman/komoditas), petani
belum berani untuk bertanam dengan lebih dari 1 tanaman dalam 1 lahan atau
dalam bahasa pertanian disebut sistem tumpang sari. Padahal
bila kita mampu mengelola dengan cermat, bertanam dengan sistem
tumpang sari selain pendapatan kita meningkat, bila kita mampu memilih tanaman
komoditas tumpang sari akan bisa menekan muculnya hama penyakit pada tanaman
Bertanam dengan sistem
tumpang sari adalah berbudidaya tanaman (terutama hortikultura/ sayuran)
dengan lebih dari 1 macam tanaman/ komoditas dalam 1 lahan pertanian. Dalam pengelolaan
tanaman tumpang sari, komoditas tanaman didahulukan
tanaman yang waktu panennya lebih pendek baru disusul dengan komoditas lain
yang waktu panennya
lebih panjang. Dalam 1 lahan pertanian kita bisa mengoptimalkan dengan
2 – 4
macam jenis komoditas.
Pengelolaan tanaman dengan sistem
tumpang sari tidak terlalu rumit. Selama pengolahan
tanah, kebutuhan pupuk
diperlukan lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman, tetapi selanjutnya pemupukan bisa
diberikan dengan cara pengocoran lewat akar atau penyemprotan lewat daun.
Pemanean sistem
tumpang sari tidak merepotkan petani, karena selama bertanam telah
memperhitungkan waktu panen, sehingga waktu
panen tidak bersamaan. Contoh
komoditas yang bisa ditanam dengan sistem tumpang sari :
1. Caisim
2. Kacang Panjang
3. Cabe Rawit
4. Pepaya
Cara
pengelolaan tanaman tumpang sari dalam 1 guludan/bedengan :
1. Tepian /pipi paling
bawah dari guludan kita tanami caisim
2. Setelah 2 minggu
buat lubang tanam paling tepi untuk kita tanami kacang panjang dengan jarak
tanam normal ( 50x50 cm )
3. Setelah kacang
panjang umur 2-3 minggu buat lubang tanam agak menjorok ke tengah
bedengan untuk kita tanami cabe rawit
dengan jarak tanam normal (60x60 cm)
4. Bila cabe rawit
berumur 50 HST kita bisa membuat lubang tanam ditengah bedengan dengan jarak
2mx2m untuk kita tanami papaya.
Dengan
pola tanam seperti disebut diatas petani bisa memanen secara bergiliran tanpa
menunggu waktu panen yang cukup lama.
Dengan budidaya
sistem
tumpang sari diharapkan petani bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. Resiko
kegagalan panen akan bisa tertutup dengan hasil komoditas tanaman yang lain.
Jika bertanam tumpang sari mampu memberikan hasil yang
berlebih..kenapa harus ragu??
AYO BERTANAM TUMPANG SARI JIKA INGIN UNTUNG
Photos : taken from
‘http://citraindonesia.com/distannak-ajak-petani-terapkan-sistem-tumpang-sari ;
http://om-tani.blogspot.com/2013/04/teknis-budidaya-tanaman-sawicaisim.html
; http://anekabibit.wordpress.com/harga-spesifikasi-bibit’
Setuju, dengan tanam tumpangsari dapat panen berkali - kali dengan berbagai jenis tanaman , asyik memang !
BalasHapusselain asyik, juga untung yang diperoleh semakin besar..silahkan mencoba
HapusWah.... jadi ingat saat ikut pelatihan pertanian di BPSDM Soropadan je, tanam tumpang sari khususnya berbagai tanaman sayuran memang mengasyikkan ,bisa panen macam-macam sayuran dalam satu lahan. Kapan ada pelatihan lagi ya , saya mau koq!
BalasHapussemoga nanti bisa dilakukan pelatihan teknis semacam ini di BPPKP atau di Distanbunhut Kabupaten Magelang supaya mendapat gambaran yang jelas tentang tumpang sari yang dipraktikkan petani Kabupaten Magelang
Hapussukses pepaya, saya mohon bimbingan tumpangsari pepaya dengan cabee..
BalasHapus