Pada postingan yang lalu penulis telah
memaparkan potensi Tyto alba sebagai
pilihan untuk mengendalikan hama tikus. Untuk mengendalikan hama tikus dengan Tyto alba tentunya kita harus yakin dulu
dengan keberadaan Tyto alba di
sekitar kita. Ada empat tahapan dalam melestarikan
dan mengembangkan Tyto alba, yaitu :
1.Investigasi,
yaitu mencari keberadaan Tyto alba
pada habitatnya. Tyto alba merupakan
jenis burung berumah satu dan setia dengan sarangnya. Burung ini tidak bisa
membuat sarang, tempat tinggalnya biasanya di atap gedung-gedung tua, atap
rumah atau di batang pohon yang sudah lapuk. Keberadaan Tyto alba ditandai dengan adanya kotoran di sekitar sarang. Kotoran
berupa faeses berwarna putih atau berupa gumpalan tulang dan tengkorak tikus
sisa- sisa fermentasi dalam saluran cernanya. Jika kita menemukan tanda-tanda
tersebut bisa dipastikan ada Tyto alba
di tempat tersebut.
2.Langkah
kedua yaitu pembuatan rubuha (rumah burung
hantu). Pembuatan
rubuha dimaksudkan untuk tempat tinggal Tyto alba.
Setelah kita menemukan sarang dan keberadaan Tyto alba kita usahakan dengan bebagai cara
agar Tyto alba mau berpindah ke rubuha yang kita dirikan. Rubuha sebaiknya kita dirikan di sawah, agar Tyto alba yang tinggal di rubuha dapat berburu tikus di lahan sawah.
3.Langkah selanjutnya yaitu introduksi (pembesaran anakan).
Introduksi dilakukan jika di suatu daerah tidak ditemukan keberadaan Tyto alba, dan untuk mempercepat perkembangan Tyto alba, maka
kita bisa mengambil anakan dari daerah lain dengan jarak tidak kurang dari 15 km. Untuk introduksi kita memerlukan kandang karantina.
4.Adopsi,
dilakukan bila ditemukan indukan yang mempunyai anakan sedikit dan diambilkan
anak dari indukan yang anaknya terlalu banyak.
Syarat adopsi, anakan harus seumuran atau besarnya sama.
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa Tyto alba setia dengan sarangnya selama masih tersedia makanan
(tikus). Diharapkan dengan adanya rubuha
di sawah maka Tyto alba betah berada di sana dan berkembang biak, agar
populasinya menjadi banyak sehingga dapat menjadi pasukan untuk mengamankan
lahan sawah dari serangan hama tikus.
Setelah kita mengembangkan Tyto alba maka
langkah yang lebih penting adalah melestarikannya agar keberadaan Tyto alba tidak punah. Seperti yang dilakukan oleh kepala Desa Tlogoweru, Soetedjo, sosilaisasi dan publikasi berbagai lapisan
masyarakat merupakan langkah awal dari usaha pelestarian. Anak- anak sekolah, orang tua, pejabat tidak
luput dari sasaran sosialisasi bahwa Tyto alba bukan burung hantu yang menakutkan tetapi burung
sahabat petani yang sangat menguntungkan.
Peran serta lembaga masyarakat, kelompok tani, pemerintah khususnya desa
sangat diperlukan. Dengan adanya PERDES
berisi larangan dan sangsi menembak dan mengetapel Tyto alba ternyata
sangat efektif dalam usaha pelestarian burung Tyto alba. Tidak heran jika kerja keras pengembangan dan
pelestarian Tyto alba di Desa Tlogoweru membuahkan hasil dan membawa berkah pada
masyarakat desa karena dilatarbelakangi oleh keprihatinan yang mendalam akibat
gagal panen karena serangan hama tikus selama bertahun-tahun.
Rejeki manusia memang sudah ada takdirnya, tetapi Alloh tidak akan
merubah nasib seseorang bila orang itu tidak berusaha untuk mengubahnya,
Wallohu a’lam.
(Sumber: Laboratorium lapang
pengembangan Tyto alba, Desa Tlogoweru, Guntur, Demak )
trimakasih sudah memposting artikel tentang pengembangan tyto alba
BalasHapussemoga bisa dikembangkan di wilayah kami
semoga bisa segera ditindaklanjuti di wilayah bapak
Hapussemoga bermanfaat
seberapa besar tingkat keberhasilan pengendalian tikus menggunakan tyto alba?
BalasHapusberdasarkan informasi yang diperoleh dari tim pengembangan tyto alba tlogoweru, penggunaan tyto alba untuk pengendalian tikus di Desa Tlogoweru mampu menekan kehilangan hasil mencapai kehilangan < 5%
Hapuskami sudah mendirikan RUBUHA di tengah sawah.tingginya sekitar 6meter.tapi belum ada tyto alba yang masuk.apa langkah selanjutnya agar si tyto alba tinggal di rubuhanya?
BalasHapus