Salam Pertanian - Sejahterakan Petani Indonesia

Senin, 26 Agustus 2013

Petanipun Bisa Membuat Pupuk Sendiri


Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) sebagai Pengganti Pupuk Kimia
sebagai Salah Satu Langkah Menurunkan Biaya Produksi

Pagi ini diadakan pertemuan rutin salah satu kelompok tani di Desa Paremono. Tidak seperti pertemuan – pertemuan sebelumnya, pagi ini Mbah Karso terlihat kurang bersemangat. Ketika ditanya oleh penyuluh yang pagi itu hadir dalam pertemuan : “kenging nopo mbah kok kadose mboten semangat kados biasanipun??” (ada apa mbah, kok sepertinya tidak bersemangat seperti biasanya??). Dengan wajah lesu mbah karso menjawab: “kula niku bingung bu..panen e niku mboten sae, ditebas mirah, wong gabah e kurang mentes, padahal kula pun ngedalke ragat kathah nggih tumbas urea” (saya bingung bu..panennya kurang bagus, dibeli murah karena gabahnya kurang bernas, padahal saya sudah mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli pupuk urea).

Kondisi seperti ini tidak hanya dialami oleh Mbah Karso. Petani – petani lain di Kecamatan Mungkid juga mengalami hal yang sama. Kondisi cuaca yang kurang bagus, serangan hama penyakit dengan tingkat serangan sedang hingga berat menyebabkan menurunnya hasil panen, sehingga pendapatan petani menjadi menurun.

Apa yang dapat dilakukan oleh petani??
Komponen yang diperhitungkan sebagai faktor penentu keuntungan petani adalah biaya produksi dan produktivitas. Sehingga, untuk meningkatkan keuntungan petani yang dapat dilakukan adalah meningkatkan prduktivitas atau menurunkan biaya produksi.

Ketika yang dilakukan berfokus pada faktor pertama, yaitu meningkatkan produktivitas, maka kondisi ekosistem (lingkungan) juga harus dipertimbangkan, apakah lingkungan mempunyai daya dukung yang kuat untuk meningkatkan poduktivitas??berdasarkan informasi BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), musim kemarau tahun 2013 ini diprediksi sebagai kemarau basah (musim kemarau dengan disertai intensitas hujan yang cukup sering terjadi). Kondisi ini menyebabkan kondisi iklim yang lembab, sehingga serangan hama penyakit meningkat.

Pengaruhnya terhadap hasil panen, tentu saja menurunkan produktivitas. Konsekuensi logisnya adalah menurunnya pendapatan petani. Sehingga, jika kita berfokus pada peningkatan produktivitas, sepertinya sangat sulit untuk dicapai, karena kondisi lingkungan/ ekosistem yang kurang mendukung.

Bagaimana jika kita berfokus pada faktor penentu yang kedua, yaitu menuunkan biaya produksi?. Salah satu komponen biaya prduksi yang cukup tinggi adalah sarana produksi, termasuk pupuk. Untuk menurunkan biaya produksi, petani dapat mengupayakan untuk membuat pupuk sendiri, sehingga komponen biaya produksi dapat ditekan. Teknologi bidang pertanian yang dapat diadopsi oleh petani dalam hal pembuatan pupuk adalah dengan membuat MOL.


Apa itu MOL??
Selama ini kebiasaan mayoritas petani hanya memberikan pupuk tunggal berupa urea. Pada dasarnya, kandungan yang ada dalam pupuk urea hayalah unsur N, yang dalam pemahaman sederhana berperan untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan; berfungsi untuk sintesa klorofil, asam amino dan protein dalam tanaman; merangsang pertumbuhan vegetatif  seperti batang dan daun (Lahuddin, M. 2007).

Padahal, kebutuhan tanaman tidak hanya unsur N, tetapi ada unsur hara yang lain berupa P an K, yang dikenal dengan unsur makro. Unsur P (phospat) berperan terhadap pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Sedangkan unsur K (Kalium) berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air; meningkatkan daya tahan/ kekebalan tanaman terhadap penyakit (Lahuddin, M. 2007). Sehingga, untuk mencukupi kebutuhan unsur makro, petani dapat membuat MOL N, MOL P, dan MOL K.

MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang terbuat dari bahan – bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikroorganisme yang tersedia sekitar kita (NOSC, 2012).

Cara Pembuatan MOL
Pembuatan MOL (Mikroorganisme Lokal) sangatlah mudah, dapat dilakukan dalam skala rumah tangga, bisa dikerjakan secara individu, maupun dibuat bersama – sama secara berkelompok (misal dibuat oleh kelompok tani, dengan penanggung jawab unit usaha pengadaan saprodi).

Cara pembuatan MOL (NOSC, 2012):
1. Inventarisir bahan – bahan yang ada di lingkungan sekitar yang dapat digunakan untuk bahan dasar pembuatan MOL
Bahan MOL N
Bahan yang dapat dijadikan bahan dasar pembuatan MOL N: semua yang berbau amis/ anyir, seperti keong, bekicot, ikan, daging/ air cucian daging. Bahan – bahan ini berbau anyir/ amis karena disusun oleh protein yang tinggi, dimana unsur penyusun protein adalah N, seperti yang terkandung dalam urea.

Bahan MOL N yang lain adalah daun leresede/ gamal, daun rondo noleh. Daun – daun ini memiliki kandungan N yang tinggi, terbukti jika dipetik, setengah jam kemudian akan menjadi layu, dan jika dibuang ke tanah, maka keesokan harinya akan berwarna hitam.

Buah maja (dalam bahasa Jawa dikenal dengan mojo) atau semua buah – buahan yang tingkat kematangannya berlebih (kandungan glukosa tinggi) juga memiliki kandungan N yang tinggi. Rebung juga memiliki kandungan N dan ZPT (zat perangsang tumbuh) yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar MOL N.


Bahan MOL P
Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar MOL P adalah bonggol pisang. Pisang memiliki banyak anakan, karena di bonggol pisang terkandung banyak nutrisi. Bonggol pisang yang busuk sebagai tempat hidup cacing, dimana kotoran cacing mengandung SP 36 alami.

Bahan MOL K
Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan MOL K adalah sabut kelapa/ bluluk/ ampas teh. Jika bahan yang digunakan adalah sabut kelapa, sebaiknya gunakan sabut dari kelapa yang muda, agar memudahkan dalam pencacahan bahan.

2. Perkecil/ hancurkan bahan – bahan pembuatan MOL untuk mempercepat reaksi
Bahan – bahan dasar diperkecil ukurannya (terutama bahan – bahan yang berwujud daun dipotong kecil – kecil) atau dihancurkan (misalnya pada keong, bonggol pisang, dan daging buah maja dapat dilakukan penumbukan).

3. Tambahkan air leri/ air cucian beras
Kandungan nutrisi beras yang paling tinggi ada dikulit arinya. Pada waktu mencuci beras air bekas cucian beras biasanya keruh. Kandungan nutrisi apa yang terdapat pada air bekas cucian beras atau kulit ari beras itu sehingga menyebabkan airnya menjadi keruh? Menurut penelitian kulit ari beras kaya akan kandungan serat dan mengandung vitamin B1, B3, B6, Posfor, Zat besi dan Mangan.

Kandungan nutrisi inilah yang kemudian apabila air bekas cucian beras tersebut digunakan untuk menyiram tanaman, dapat berfungsi sebagai pupuk. Kandungan posfornya bisa memacu pertumbuhan akar, dan kandungan zat besinya bisa membantu pembentukan klorofil tanaman atau tumbuhan tersebut, sehingga tanaman kita menjadi lebih subur. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa air leri bisa digunakan sebagai pupuk (http://data-smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-pemanfaatan-limbah-air.html#).

Air leri/ air cucian beras digunakan sebagai bahan pelarut dalam pembuatan MOL, karena dalam air leri juga terkandung karbohidrat yang digunakan sebagai makanan mikroorganisme. Air leri yang digunakan maksimal sampai air cucian yang ketiga, dan dapat ditampung hingga hari kelima untuk menunggu jumlah air leri mencukupi untuk digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan MOL. Lalu, bagaimana jika tidak tersedia air leri dalam jumlah yang mencukupi?. Air leri dapat diganti dengan tepung beras yang diencerkan dengan air.


4. Tambahkan tetes tebu/ molase
Molase merupakan sumber energi yang cepat untuk berbagai bentuk mikroba dan kehidupan tanah di tumpukan kompos atau tanah, sumber karbohidrat yang merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang menguntungkan
Kandungan yang ada dalam molase antara lain kalsium, magnesium, potasium, dan besi. Molase memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, karena terdiri dari glukosa dan fruktosa. Berbagai vitamin terkandung pula di dalamnya
Karena kandungan yang ada dalam molase, sehingga molase menjadi bahan tambahan dalam pembuatan MOL.

5. Fermentasikan selama 15 hari
Setelah bahan dasar mol, air leri, dan tetes dimasukkan dalam wadah (bisa menggunakan ember ataupun drum), larutan MOL kemudian disimpan/ difermentasi selama 15 hari, ditempatkan di tempat yang teduh (terlindung dari sinar matahari dan hujan). Pada saat dilakukan fermentasi, wadah sebaiknya ditutup dengan kertas koran, kemudian diikat dengan menggunakan rafia. Penggunaan kertas koran sebagai penutup dimaksudkan untuk menghindarkan larutan MOL dari kontaminasi yang tidak dikehendaki dari udara luar. Dengan menggunakan kertas yang masih terdapat sedikit pori, memungkinkan gas yang dihasilkan pada saat fermentasi untuk keluar.

Yang dilakukan dalam periode fermentasi adalah melakukan pengecekan pada hari ketiga. Jika yang tercium adalah bau busuk, maka tambahkan molase kembali, kemudian lanjutkan fermentasi hingga hari ke-15. Setelah 15 hari, MOL telah jadi, dan ampas harus disaring. Air larutan MOL sebaiknya ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat, seperti jerigen atau toples, tempat penyimpanan sebaiknya terhindar dari sinar mataharai langsung dan juga hujan.

Dalam pembuatan MOL, tidak ada dosis/ takaran bahan. Jumlah bahan dalam pembuatan MOL seadanya bahan yang tersedia.


Bagaimana Aplikasi MOL sebagai Pengganti Pupuk Kimia??
MOL dapat diaplikasikan pada berbagai tanaman, baik itu tanaman pangan (utamanya padi) maupun tanaman hortikultura. Aplikasi yang telah banyak berkembang diterapkan dalam budidaya padi. Aplikasi MOL pada budidaya padi:
Aplikasikan MOL N pada saat padi berumur 10 HST (hari setelah tanam) dengan dosis 1: 10; 20 HST (dosis 1:8); 30 HST (dosis 1:6); 40 HST (dosis 1:5)
Aplikasi MOL PK pada saat padi berumur 60 HST dan 70 HST dengan dosis 1:4 (1 liter MOL PK, ditambahkan air sebanyak 4 liter).

Pustaka :
Lahuddin, M. 2007. Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. Medan: USU

NOSC. 2012. Manual Kompos dan Mol. Bandung: NOSC

---------------Pemanfaatn Limbah Air. http://data-smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-pemanfaatan-limbah-air.html#. Diakses pada tanggal 14 Juli 2013: 14.30 WIB

---------------Gunakan Molases untuk Meningkatkan Efektivitas Pupuk. http://propertycirebon.wordpress.com/2012/03/27/gunakan-molases-untuk-meningkatkan-efektivitas-pupuk/ . Diakses pada tanggal 14 Juli 2013: 14.30 WIB

---------------Selayang Pandang tentang Molase. http://anggitsaputradwipramana.blogspot.com/2008/07/selayang-pandang-tentang-molase-tetes.html. Diakses pada tanggal 14 Juli 2013: 14.30 WIB

Penulis: Dian Rintanawati, A. Md – PP Pelaksana BPPK Kec. Mungkid

20 komentar:

  1. saya tertarik dengan teknologi ini. yang ingin saya tanyakan, apakah dalam pembuatan MOL ini bisa langsung dicampur bahan - bahan MOL N, MOL P, dan MOL K; tidak dibuat terpisah - pisah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. pembuatan MOL dengan memisah - misahkan antara MOL N,P,K ataupun dengan digabung sama - sama diperbolehkan. hanya saja kelemahan jika pembuatan digabung, petani akan menunggu sampai bahan semua tersedia baru bisa membuat MOL, sehingga yang dikhawatirkan petani justru akhirnya tidak jadi membuat
      mau digabung atau dipisah silahkan saja..yang penting jangan takut mencoba membuat pupuk sendiri

      Hapus
  2. bagaimana jika salah satu bahan tidak ditemukan/ tidak tersedia??apakah ada bahan pengganti?mohon penjelasannya, trimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih untuk pertanyaannya
      jika yang dimaksud adalah bahan dasar MOL, maka diperbolehkan jika hanya menggunakan satu bahan. sebagai contoh, pembuatan MOL N bisa dilakukan hanya dengan bahan dasar keong mas; tidak perlu semua bahan harus ada (leresede, rondo noleh, rebung, buah maja)..prinsipnya yang mudah didapat di sekitar anda
      untuk bahan pelarut air leri bisa diganti dengan melarutkan tepung beras ke dalam air, sedangkan tetes bisa diganti dengan air kelapa atau air tebu

      Hapus
  3. jika budidaya padi saya hanya menggunakan MOL, tanpa diberikan pupuk kimia, apakah tidak akan terjadi penurunan produksi seperti pertanian organik pada umumnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih pak mustofa atas pertanyaannya
      berdasarkan praktik yang sudah dilakukan beberapa petani Desa Pagersari, Gondang, dan Kelurahan Mendut..hasil dari budidaya menggunakan MOL pada musim tanam I terhitung cukup baik, kalaupun ada yang mengalami penurunan produksi tidak terlalu signifikan.
      kuncinya adalah pada saat pengolahan, jangan lupa diberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang/ organik dalam jumlah yang banyak (sekitar 2 ton/ Ha)

      Hapus
  4. apakah aplikasi MOL ini dapat dilakukan dengan cara dicampur antara MOL N, MOL P, dan MOL K??

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk aplikasi MOL boleh dilakukan sendiri - sendiri, ataupun langsung dicampur..tapi untuk efisiensi, sebaiknya dilakukan sesuai dengan tahapan tanaman (sesuai kebutuhan)

      Hapus
  5. pembuatan MOL ini sudah saya praktikkan dengan petani di wilayah saya..semoga hasilnya bisa sesuai harapan..trimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat bu tri atas dipraktikkannya MOL di wilayah anda..semoga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan :)

      Hapus
  6. di wilayah saya (Dusun Galokan, Desa Gondang, Kecamatan Mungkid) sudah ada yang menggunakan MOL dalam budidaya padi organik..hasilnya pun cukup bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. kami berbangga dengan gerakan organik yang mulai dilakukan beberapa petani di Desa Gondang
      semoga perkembangan pertanian organik di mungkid semakin menggembirakan

      Hapus
  7. Tadi ada salah satu bahan yg membuat saya tertarik yaitu sabut kelapa muda. Setahu saya, sabut kelapa muda itu sulit dipisahkan dari tempurungnya. Lalu bagaimana caranya agar sabut itu bisa digunakan dlm pembuatan MOL? :)

    BalasHapus
  8. Saya baru mulaii membuat mol dari tape.bagaimana cara mengaplikasikan untuk tanaman palawija

    BalasHapus
  9. Saya baru mulaii membuat mol dari tape.bagaimana cara mengaplikasikan untuk tanaman palawija

    BalasHapus
  10. Bisakah molase diganti dengan gula pasir?

    BalasHapus
  11. Apakah bisa pembuatan molmya tidak memakai air kelapa soalnya ditempat saya sulit dapetin air kelapa.? Makasih sebelumnya

    BalasHapus
  12. Apakah bisa pembuatan molmya tidak memakai air kelapa soalnya ditempat saya sulit dapetin air kelapa.? Makasih sebelumnya

    BalasHapus
  13. Kalau tuk tanaman hidroponik perbandingan nya MOL demean air brp?
    Air nya brp liter
    Mike Nya brp liter

    BalasHapus

Tweet
Share